
Karena Allah begitu mengasihi dunia ini, sehingga Ia telah menganugerahkan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh 3:16). Pernyataan ini terkenal di mana-mana. Bahkan, saya pernah melihat tulisan besar “Yoh 3:16) di kaca belakang sebuah Metromini.
Bagi saya, pernyataan ini merupakan inti kekristenan. Semua diawali dengan sikap Allah yang begitu mengasihi dunia. Kasih Allah ini bukan sesuatu yang hanya menyangkut perasaan belaka, tetapi juga mendorong Dia untuk bertindak: Ia mengutus anak-Nya yang tunggal untuk melaksanakan rencana keselamatan-Nya supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya mendapatkan hidup kekal.
Inisiatif keselamatan datang dari Allah. Dari pihak manusia hanya dituntut satu hal, yaitu sikap percaya. Percaya berarti menerima bahwa Yesus berperanan dalam pencarian dan pencapaian kehidupan kekal kita. Tetapi, persis sikap percaya inilah yang paling sulit dimiliki oleh manusia.
Lalu? Percaya itu memang tidak selalu mudah. Orang tidak mau membiarkan diri sendiri ditentukan oleh orang lain. Orang lebih suka mengandalkan diri sendiri. Tetapi, sikap ini juga bukan 100 persen keliru. Persoalannya, bagaimana mencapai keseimbangan yang pas antara percaya dan berserah kepada Allah, dan mengandalkan diri sendiri. Bagaimana dengan kita?
Yoh 3:16-21 (04.05.2011)
Renungan oleh V. Indra Sanjaya Pr
(HIDUP, thn 45, no. 18, 4 Mei 2011)
Disadur dari Bunda Penolong Abadi note
0 komentar:
Posting Komentar